Minggu, 14 September 2014

Minggu ke Tiga

Selamat pagi.
Semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan terlimpah.

Memasuki minggu ke tiga, rasanya sudah seperti tiga tahun saja. Semuanya memang relatif. Masa menunggu dengan penuh rindu membuat dimensi waktu memanjang dan dimensi ruang menyempit. Namun menyempitnya ruang tidak berarti membuat kita berhenti membaca jarak. Sudah tidak terhitung kekhawatiran yang selalu diiringi doa keselamatan dipanjatkan. Berharap semuanya dalam keadaan baik.

Minggu ke tiga ini juga menjadi minggu ke tujuh. Nanti, akan ada jantung lain yang berdenyut dalam diriku. Akan ada paru lain yang berkembang. Kita telah mengirinya dengan segenap kebaikan yang bisa diusahakan. Mencintainya sebelum dia hadir. Bersyukur atas setiap perubahan yang terjadi. Dan aku, berbahagia menahan mual sepanjang hari.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Itu dulu pertanyaan pertamamu untukku. Sekarang, ingin aku minta menjadi pertanyaanku padamu. Bertanya tentang rasa, tentu itu bagian yang sangat halus dari sanubari. Kita akan perlahan-lahan menyusuri jalannya rasa itu. Jika naik, akan ada kaki yang lebih kuat menapakinya. Jika turun, kita berlarian lepas. Jika berupa padang, akan kita jatuhkan pandangan jauh-jauh, mencari batas sebuah rentang.

Entah berapa minggu lagi akan kita lalui dalam jarak. Kita tak pernah tahu tentang itu. Yang kita tahu, Tuhan telah menghamparkannya untuk dilipat kembali. Menautkan tangan yang berjauhan.

Tuhan yang membentangkan, Tuhan pula yang menguatkan. Dan seribu lampu di hati kita telah dinyalakan.