Rabu, 24 Oktober 2012

Menerawang

Malam ini saya melakukan yang saya inginkan, bukan yang harus saya lakukan. Walaupun hanya seputar hal-hal membosankan menurut orang lain.
Sekeras apapun saya berusaha meyakinkan orang lain untuk mengerti apa yang saya suka, mungkin akan percuma saja. Saya masih saja merasa senang ketika menikmati lagu-lagu lama, musikalisasi puisi (yang kebanyakan orang akan berkomentar bahwa yang saya dengarkan teramat aneh) dan menulis apa saja (kecuali menulis tesis dan riview article. Saya sedang malas berfikir :D )

Inilah yang ingin saya tuliskan;

Rasanya ingin menjadi selembar daun, melayang dan jatuh, tanpa berfikir mengapa saya harus terbawa dan terhempas. Angin yang tak pernah berkata apa-apa, cuaca yang berlalu begitu saja dan pergantian siang malam yang datar. Saya akan terombang-ambing entah seperti apa. Mungkin seperti pengembara yang terjebak di tengah gurun yang luas. Tapi saya tidak akan tersesat. Pasti tidak akan tersesat. Karena saya pergi bersama angin yang mengantarkan pesan dari Tuhan, menuruni lembah, mengitari lautan, menempuh daratan. Kebingungan yang saya risaukan akan terhempas oleh suara petir, ketika dua awan berjodoh untuk bertabrakan. Perasaan terombang-ambing akan lenyap dan tidak akan kembali hinggap.  

Kemudian ketika jatuh, saya menjadi hadiah bagi tanah yang selalu bersabar atas apa saja yang menimpanya. Ribuan tahun dia tertimpa hujan, tersengat terik, diludahi, menjadi tempat pembuangan, sampai menjadi penampung kotoran manusia. Saya akan berbahagia menjadi hadiah bagi bumi yang setulus itu. Bahkan dia telah menjernihkan air yang keruh, mengurai banyak hal yang menjijikkan dan menumbuhkan biji yang terbuang, atas sekehendak Tuhan.

Di kemudian hari nanti, wujud saya yang sudah lenyap dan menjadi bagian penting dari tanah, akan mengasuh sebentuk biji yang berkecambah. Membiarkannya tumbuh dengan pengharapan, dalam asuhan cahaya. 

Dan akhir ceritanya, saya tidak lagi tahu menjadi apa. Saya menelusup dalam segenap sel tetumbuhan, hewan dan manusia. Entah disebut apa. Barangkali tanpa nama saja.




Jumat, 12 Oktober 2012

Selamat Siang, Jumat

Selamat siang, Jumat.. Selamat bekerja.

Kau tentu tahu, merawat mereka bertumbuh dalam pengetahuan sungguh mendebarkan. Kita tidak hanya memberikan beberapa suap berita untuk mereka, tapi juga doa dan pengharapan bahwa di masa depan nanti, mereka akan menjadi seseorang yang tinggi pekertinya, rendah hati dan mengagumkan cara berfikirnya.

Selamat siang, Jumat.. Selamat belajar.

Akan kita tempuh segenap perjalanan menuju ilmu pengetahuan, berharap semakin teguh bahwa Tuhan sebaik-sebaik pujaan. Juga semakin yakin bahwa tidak ada yang terjadi di semesta dengan kebetulan. Semua aturan sudah sedemikian rapi. Bahkan sampai seberapa banyak sel yang akan mati hari ini.

Selamat siang, Jumat..
Hari ini mengagumkan, bukan? Maka akan kita sampaikan lagi segenap pujian pada Tuhan dan shalawat bagi Rasul Muhammad.
Tanpa bosan.

Kamis, 04 Oktober 2012

Selamat Pagi, Jumat

Selamat pagi, Jumat..
setelah malammu yang terguyur hujan, berjuta tunas bersiap tumbuh. Mereka akn meretas jalan yang saling berpilin, mungkin. Terkait satu sama lain, terhubung.

Dan hatiku juga basah, Jumat. Sempat mengeluh, tapi kemudian menyesal sangat. Pada Tuhan pun, sungguh kita tak pantas mengeluh, bukan? Karena dunia ini bukan hanya sebagai tempat sebab akibat. Ada sesuatu yang mutlak, tak bisa di tolak. Sekeras apapun kita berupaya. Mengeluhkannya, sama artinya mengeluh akan ketentuan Tuhan.

Maka,mari nyalakan lentera itu, Jumat.. Agar kita tak lagi gelap.