Sabtu, 24 Mei 2014

Anak Perempuan

"Seorang anak perempuan akan menggenggam tanganmu ketika dia kecil, tapi dia akan menggenggam hatimu selamanya."

Entah kapan dan bersumber dari mana, sepertinya saya pernah membaca kalimat itu. Kalimat yang ditujukan kepada para ayah, yang diam-diam saya setujui setelah menyusuri segenap sudut hati.

Sungguh, kalimat itu sepenuhnya benar, setidaknya menurut saya. Seorang anak perempuan yang berwujud putri kecil akan sangat bahagia menggenggam tangan ayahnya. Keriangan yang tidak terperi. Kadang hatinya meloncat lebih tinggi dari jingkrak langkahnya ketika merasa berbunga-bunga. Bagaimana tidak? Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Ketika bersama ayahnya, suasana hatinya lebih indah dari pagi dengan semburat kekuningan yang dilengkapi rekahan kuncup dan gayutan embun. Jika anak itu sudah diajarkan tentang surga, dia akan membayangkan sebahagia itulah berada di surga.

Perlahan raga dan jiwanya bertumbuh. Beberapa tanggung jawab dia ambil. Harinya semakin sibuk. Kau,  ayah, mulai merasa ada kekhawatiran dan jarak. Kau kehilangan keinginanmu untuk tidur ketika teman-teman seusianya terlihat mulai memikat dan terpikat lawan jenisnya, walaupun hal yang demikian tidak terlintas di benaknya. Pikiranmu kacau ketika ada pesan singkat dari laki-laki, meskipun hanya sekedar urusan kuliah atau pekerjaan. Kau sudah terburu-buru menyimpulkan, tanpa membaca apa isinya. Cemburu kah itu, Ayah? Kemudian kau merasa tidak mengenalnya lagi. Mengabaikan penjelasannya, bahkan mendiamkannya sekian waktu.

Tanpa kau tahu, dia merelakan apapun yang sanggup dia berikan untukmu. Dia patuh ketika kau melarang berteman dengan dengan laki-laki. Teman-temannya memang sibuk bercerita tentang bagaimana seharian dia ngobrol dengan pacarnya, mendapat perhatian, diajak jalan-jalan dan segala hal yang menarik bagi anak muda. Tapi dia tidak menginginkan itu. Kau kan sudah tahu, siapa cinta pertamanya. Jadi dia merasa tidak perlu sibuk dengan apa yang diperbincangkan teman-temannya. Kalaupun suatu saat dia akan jatuh cinta, dia akan menurut pada seleramu yang kau ceritakan dalam nasihat yang kau ulang-ulang selama belasan tahun; laki-laki yang senantiasa mengingat Tuhan dan negeri akhirat, halus budi, bertanggungjawab dan siap menjadi tulang, punggung dan jantung bagi istri dan anak-anaknya.

Entah kau sadari atau tidak, dia selalu saja memikirkan apa yang kau butuhkan ketika memasuki sebuah pertokoan. Sereal gandum, pereda nyeri topikal, masker, madu atau hal remeh temeh lain yang kau sendiri baru sadar menyukai selera barang-barang yang dipilihnya. Setiap kali uangnya sedikit berlebih, yang dia pikirkan adalah menyerahkan semuanya padamu. Kalau-kalau kau membutuhkan tambahan untuk sekedar beberapa rencana yang tak pernah kau bicarakan matang dengannya. Dia hanya yakin, yang ada dibenakmu adalah bagaimana agar anak-anaknya hidup lebih mudah, meskipun cara itu seringkali belum sesuai dengan keadaannya. Dalam kehidupannya, ada arah yang benar-benar ingin dia putuskan sendiri. Dia juga sepertimu, manusia yang menjalani pilihan-pilihan.
 
Suatu hari nanti, mungkin ada seseorang yang menghadap untuk meminta putrimu, Ayah. Membawanya untuk bertumbuh bersama, menjadi pribadi yang lebih baik. Kau tidak perlu terlalu cemas, kan kau sudah menjadi cinta pertamanya. Kau akan selalu ada dalam doa-doa terbaiknya. Dia masih akan sempat untuk sekedar membetulkan kemejamu yang agak berantakan. Setiap memandang wajahmu, hatinya masih seperti kanak-kanak. Berjingkrak-jingkrak saking bahagianya, ketika keadaanmu selalu sehat dan bahagia. Jika ada sedikit saja nyeri yang mengganggumu, dia masih akan risau seperti biasanya. Dia akan selalu menggenggam hatimu.

Percayalah padaku, para Ayah dan para calon Ayah, bahwa seorang anak perempuan akan menggenggam tanganmu ketika dia kecil, tapi dia akan menggenggam hatimu selamanya.